Tantangan Berwirausaha bagi Generasi Muda
Pertumbuhan ekonomi hingga kini belum menggembirakan. Sektor riil yang menjadi penopang kehidupan masyarakat, masih kembang-kempis.
Pengangguran terbuka pun kini sudah mencapai angka 12 juta. Sebuah kondisi yang memprihatinkan dan butuh penanganan secepatnya.
Namun
tampaknya, pemerintah kurang agresif dalam merespon kondisi tersebut.
Pemerintah justru lebih gesit menangani permasalahan politik, yang
justru menyangkut kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Kasus Century
belakangan ini tentu membuat wong cilik prihatin, karena semakin
dilupakan pemimpinnya. Padahal di saat bersamaan, tekanan persaingan
global berada di depan mata, seiring dengan diberlakukan perjanjian
China-Asean Free Trade Area (CAFTA).
Modal berharga untuk menjalani bidang kewirausahaan adalah keberanian dan jaringan (networking).
Apabila generasi muda malas dan kurang tertarik pada pemunculan ide-ide
kreatif, bagaimana bisa untuk berani dan menjalin relasi yang luas.
Padahal menurut beberapa ahli, tak ada suatu kesuksesan yang bisa
direngkuh tanpa usaha keras. Menurut Andrie Wongso, "Jika kita keras
terhadap diri kita, maka hidup kita akan jadi lunak. Namun, kalau kita
lunak pada diri kita, maka hidup kita akan jadi keras."
Sikap
pemerintah yang kurang gesit di dalam menangani krisis ekonomi di
Indonesia, pada akhirnya semakin menambah penduduk miskin dan menganggur
di Indonesia. Bahkan, akibat tingginya tekanan persaingan global,
banyak perusahaan yang gulung tikar, sehingga gelombang PHK pun terus
berlangsung. Padahal, fakta memperlihatkan, setiap tahun Indonesia
memproduksi lebih dari 250.000-350.000 sarjana.
Hal
itu jelas menjadi tantangan tersendiri bagi generasi muda untuk turut
andil dalam mengatasi krisis yang hingga kini terus menjerat negeri ini.
Sebagai generasi penerus bangsa, generasi muda punya tanggung jawab
moril untuk mempertahankan negeri ini dari derasnya tekanan persaingan
global akibat adanya pasar bebas. Melihat kondisi negeri ini yang sudah
semakin dilanda krisis, sudah seharusnya kita segera bertindak, paling
tidak menjawab tantangan berwirausaha tersebut. Apabila virus wirausaha
telah menyebar ke lingkup generasi muda, niscaya negeri ini memiliki
modal berharga, paling tidak untuk bersaing dengan negara lain, tak
terkecuali negara maju. Alhasil, kita jadi tak dianggap remeh lagi oleh
negara lain dan menjadi diperhitungkan oleh negara-negara maju.
Melihat
lapangan kerja yang semakin sempit, tampaknya generasi muda dihadapkan
pada tantangan berwirausaha. Apabila banyak generasi muda yang terjun ke
sektor kewirausahaan, niscaya perekonomian dalam negeri
berangsur-angsur pulih. Menjadi wirausaha merupakan jalan keluar elegan
mengurangi pengangguran dan kemiskinan di negeri ini di tengah lapangan
kerja yang semakin sempit atau berkurang. Dengan menjadi wirausaha,
berarti generasi muda membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Jika
ditilik dari segi minat, sebetulnya banyak generasi muda terutama dari
kalangan mahasiswa yang tertarik untuk menjadi wirausaha. Tapi sayang,
tak diikuti dengan usaha riil untuk mencapainya. Banyak generasi muda
lebih tertarik mengekor, daripada berinovasi kreatif. Banyak yang lebih
suka nongkrong atau dugem dan menghamba pada kemalasan.
Tantangan Utama dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Wirausahawan
adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil
risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan
dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang
diperlukan untuk mendirikannya.
Hanya
sumber daya manusia yang memiliki keunggulanlah yang dapat bertahan
dalam persaingan. Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia yang semakin
cepat disertai persaingan yang tinggi akan menimbulkan berbagai angkatan
kerja yang kompetitif dan akan menimbulkan pengangguran bagi sumber
daya manusia yang tidak memiliki keunggulan daya saing yang
kuat,seharusnya masyarakat memiliki pendidikkan yang baik sehingga
menjadi SDM yang berkulitas.
Mengidentifikasi profil dari seorang wirausahawan itu, yaitu:
1. Menyukai Tanggung Jawab
Wirausahawan merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat.
2. Lebih menyukai resiko menengah
Wirausahawan
bukanlah pengambil resiko liar, melainkan seorang yang mengambil resiko
yang diperhitungkan. Wirausahawan melihat sebuah bisnis dengan
pemahaman resiko pribadinya.
3. Keyakinan atas kemampuan untuk berhasil
Wirausahawan
umumnya memiliki banyak keyakinan atas kemampuan untuk berhasil. Mereka
cenderung optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme mereka
biasanya berdasarkan kenyataan.
4. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung
Wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus menerus mencari pengukuhan.
5. Tingkat energi yang tinggi
Wirausahawan
lebih energik dibandingkan orang kebanyakkan. Energi ini merupakan
faktor penentu mengingat luar biasanya bisnis yang diperlukan untuk
mendirikan suatu perusahaan.
6. Orientasi ke depan
Wirausahawan
memiliki indera yang kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke
depan dan tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin,
melainkan lebih mempersoalkan apa yang dikerjakan besok.
7. Keterampilan Mengorganisasi
Membangun
sebuah perusahaan “dari nol” dapat dibayangkan seperti menghubungkan
potongan-potongan sebuah gambar besar. Para wirausahawan mengetahui cara
mengumpulkan orang-orang yang tepat untuk menyelesaikan suatu tugas.
Penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif memungkinkan para
wirausahawan untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.
8. Menilai prestasi lebih tinggi daripada uang.
Salah
satu kesalahmengertian yang paling umum mengenai wirausahawan adalah
anggapan bahwa mereka sepenuhnya terdorong oleh keinginan menghasilkan
uang. Sebaliknya, prestasi tampak sebagai motivasi utama wirausahawan;
uang hanyalah cara untuk “menghitung skor” pencapaian sasaran atau
simbol prestasi.
Menelaah
sebab-sebab kegagalan bisnis kecil mungkin dapat membantu kita
menghindari masalah tersebut. Diantara kegagalan utama yang mungkin,
dapat penulis utarakan sebagai berikut.:
1. Ketidakmampuan Manajemen
Dalam
kebanyakan UKMK, kurangnya pengalaman manajemen atau lemahnya kemampuan
pengambilan keputusan merupakan masalah utama dari kegagalan usaha.
Pemiliknya kurang mempunyai jiwa kepemimpinan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk membuat bisnisnya berjalan.
2. Kurang Pengalaman
Idealnya,
calon wirausahawan harus memiliki keterampilan teknis yang memadai
(pengalaman kerja mengenai pengoperasian fisik bisnis dan kemampuan
konsep yang mencukupi); kemampuan memvisualisasi, mengkoordinasi, dan
mengintegrasikan berbagai kegiatan bisnis menjadi keseluruhan yang
sinergis.
3. Lemahnya Kendali Keuangan
Dalam
hal ini ada dua kelemahan mendasar yang perlu digarisbawahi, yaitu:
kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakkan kredit terhadap
pelanggan. Banyak wirausahawan membuat kesalahan pada awal bisnis dengan
hanya “modal dengkul,” yang merupakan kesalahan fatal. Wirausahawan
cenderung sangat optimis dan sering salah menilai uang yang dibutuhkan
untuk masuk ke dalam bisnis. Sebagai akibatnya, mereka memulai usaha
dengan modal yang terlalu sedikit dan tampaknya permodalan yang memadai
tidak akan pernah tercapai mengingat perusahaan mereka memerlukan
semakin banyak uang untuk mendanai pertumbuhannya. Selain itu, tekanan
terhadap UKMK untuk menjual secara kredit sangat kuat. Dimana, beberapa
manajer melihat peluang untuk mendapatkan keunggulan persaingan terhadap
pesaingnya dengan cara menawarkan penjualan kredit. Apapun kasusnya,
pemilik bisnis kecil harus mengendalikan penjualan kredit secara
hati-hati karena kegagalan mengendalikannya dapat menghancurkan
kesehatan keuangan bisnis kecil.
4. Gagal Mengembangkan Perencanaan Strategis.
Terlalu
banyak wirausahawan yang mengabaikan proses perencanaan strategis,
karena mereka mengira hal tersebut hanya bermanfaat untuk perusahaan
besar saja. Namun, kegagalan perencanaan biasanya mengakibatkan
kegagalan dalam bertahan hidup dan ini berlaku untuk keduanya usaha
besar maupun usaha kecil. Sebab, tanpa suatu strategi yang didefinisikan
dengan jelas, sebuah bisnis tidak memiliki dasar yang berkesinambungan
untuk menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing di pasar.
.
5. Lokasi yang buruk
Untuk
bisnis apapun, pemilihan lokasi yang tepat untuk sebagian merupakan
suatu seni – dan untuk sebagian lagi ilmu. Sangat sering, lokasi bisnis
dipilih tanpa penelitian, pengamatan, dan perencanaan yang layak.
Beberapa wirausahawan memilih lokasi hanya karena ada tempat kosong.
Akibat ketidaktepanan lokasi ini, penjualan tidak berkembang dan bisnis
tersebut terancam gagal.
6. Pengendalian Persediaan yang Tidak Baik
Umumnya,
investasi terbesar yang harus dilakukan manajer bisnis kecil adalah
dalam persediaan, namun pengendalian persediaan adalah salah satu
tanggung jawab manajerial yang paling sering diabaikan. Tingkat
persediaan yang tidak mencukupi akan mengakibatkan kekurangan dan
kehabisan stok, yang akhirnya mengakibatkan pelanggan kecewa dan pergi.
7. Ketidakmampuan Membuat Transisi Kewirausahaan.
Berhasil
melewati “tahap awal kewirausahan” bukanlah jaminan keberhasilan
bisnis. Setelah berdiri, pertumbuhan biasanya memerlukan perubahan gaya
manajemen yang secar drastis berbeda. Kemampuan-kemampuan yang tadinya
membuat seorang wirausahawan berhasil seringkali mengakibatkan
ketidakefektifan manajerial. Pertumbuhan mengharuskan wirausahawan untuk
mendelegasikan wewenang dan melepaskan kegiatan pengendalian
sehari-hari – sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh banyak
wirausahwan.
Tantangan Kewirausahaan dalam Konteks Global
Negara-negara yang unggul dalam sumber dayanya akan memenangkan persaingan, sebaliknya negara-negara yang tidak memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan kalah dalam persaingan.
Negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing adalah negara-negara yang mampu memberdayakan sumber daya manusianya secara nyata.
Tantangan Tanggung Jawab Sosial Kewirausahaan
Pendapat
yang kontra menyatakan, jika perusahaan diharuskan melakukan
pertanggungjawaban sosial, maka akan terjadi konflik antara tujuan
ekonomi dengan tujuan sosial. Sedangkan pendapat yang pro menyatakan,
pada dasarnya perusahaan merupakan bagian dari masyarakat. Jadi,
seandainya perusahaan sudah memiliki kekayaan dalam jumlah besar, maka
sebaiknya diimbangi dengan melakukan program-program sosial yang
keuntungannya mungkin akan dirasakan dalam jangka panjang.
Ternyata
dalam penerapan tanggung jawab sosial terdapat argumen yang mendukung
atau "pro" dan yang "kontra." Namun banyak penelitian menyatakan bahwa
dengan melakukan kegiatan dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility— CSR), perusahaan akan mendapat banyak
keuntungan selain dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam
jangka panjang.
Beberapa bentuk pertanggungjawaban sosial wirausahawan tersebut :
1. Tanggung jawab terhadap lingkungan, di mana wirausahawan harus selalu menjaga kelestarian lingkungan.
2.
Tanggung jawab terhadap karyawan, dengan selalu mendengarkan usulan dan
pendapat karyawan, mereka diberikan imbalan yang sesuai dan diberikan
kepercayaan penuh.
3. Tanggung jawab terhadap pelanggan, antara lain
(a) menyediakan barang dan jasa yang berkualitas;
(b) memberikan harga yang wajar;
(c)
melindungi hak-hak konsumen, yaitu hak mendapatkan produk yang aman,
mendapat infbrmasi tentang produk, hak untuk didengar, dan hak untuk
memilih barang apa yang hendak dibeli.
4..
Tanggung jawab terhadap investor, dengan kesanggupan mengembalikan
investasi yang cukup menarik, seperti memaksimalkan keuntungan dan
melaporkan kinerja keuangan yang akuntabel.
5.
Tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar, seperti menyediakan atau
membuka lapangan kerja dan menjaga sitiiasi lingkungan yang sehat di
sekitar perusahaan tersebut berada.
SUMBER : http://nia-venuz.blogspot.co.id/2011/10/tantangan-sumber-daya-kewirausahaan.html
The 6 Best Bitcoin Casinos & Slots with Bitcoin in 2021
ReplyDeleteThe 5 인카지노 Best Bitcoin Casinos & Slots with Bitcoin · 1. Super Slots.lv · 2. kadangpintar BoVegas 카지노사이트 · 3. Jackpot City Casino · 4. Slotsmate.