Sunday, 25 October 2015

Tugas Ilmu Sosial Dasar (Kebudayaan Asal Saya)



Berikut merupakan penjelasan dan pandangan saya, terhadap budaya asal saya, yaitu Budaya Jawa Tengah :



Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai “jantung” budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang  tersebar di seluruh provinsi ini. Kebudayaan yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah, mayoritas merupakan kebudayaan Jawa, namun terdapat pula kantong-kantong kebudayaan Sunda di wilayah sebelah barat yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat terutama di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap.


Jawa Tengah adalah propinsi dimana budaya jawa banyak berkembang disini karena di Jawa Tengah dahulu banyak kerajaan berdiri disini itu terlihat dari berbagai peninggalan candi di Jawa Tengah.Kebudayaan Jawa merupakan salah satu sosok kebudayaan yang tua. Kebudayaan Jawa mengakar di Jawa Tengah bermula dari kebudayaan nenek moyang yang bermukim di tepian Sungai Bengawan Solo pada ribuan tahun sebelum Masehi. Fosil manusia Jawa purba yang kini menghuni Museum Sangiran di Kabupaten Sragen, merupakan saksi sejarah, betapa tuanya bumi Jawa Tengah sebagai kawasan pemukiman yang dengan sendirinya merupakan suatu kawasan budaya. Dari kebudayaan purba itulah kemudian tumbuh dan berkembang sosok kebudayaan Jawa klasik yang hingga kini terus bergerak menuju kebudayaan Indonesia. 



Sebetulnya saya memiliki 2 kebudayaan yang berbeda dari kedua orang tua saya, yaitu budaya asal Ayah saya, budaya Jawa Tengah (Kota Solo) dan kebudayaan yang berasal dari Ibu saya, yaitu Budaya Betawi (DKI Jakarta). Kehidupan sehari-hari saya di lingkungan keluarga, maupun lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar, menganut dari kedua budaya tersebut. Contohnya saja, dari budaya Jawa Tengah,. Saya selalu di ingatkan oleh ayah saya, agar selalu berbicara dengan lembut kepada orang tua, saudara maupun tetangga sekitar, dengan tidak berteriak-teriak ketika memanggil nama, ataupun berbicara terlalu keras, namun tetap dengan tegas dan jelas, sehingga orang lain dapat mencerna apa yang saya maksud tanpa ada yang tersinggung.
Satu contoh lagi, berasal dari Kebudayaan Betawi, budaya dimana Ibu saya lahir dan dibesarkan. Masyarakat Betawi, sangat menjunjung tinggi ketaatan beribadah. Karena kita tahu, semua mayoritas Masyarakat Betawi adalah Islam sejak dahulu kala. Ibu saya selalu mengingatkan saya, setiap hari untuk tetap memenuhi kewajiban Sholat  5 waktu saya, dirumah maupun di luar rumah. Beliau sangat tegas untuk yang satu ini. Oleh karena itu bias saya katakana, bahwa kedua budaya yang berbeda, yang saya anut ini merupakan perpaduan yang sempurna, antara Kebudayaan Betawi dan Jawa Tengah.

Monday, 13 July 2015

TUGAS KEPARIWISATAAN GUIDING


 Berikut di bawah ini, adalah video Tugas terakhir dalam Mata Kuliah Kepariwisataan 1.

Sebagai dosen pembimbing dari Mata Kuliah ini, yaitu Ibu Sri Azma Dila menugaskan kepada kami... secara berkelompok. Dengan beranggotakan 4 orang.. yaitu Saya, Abu Basit, Rusiana Rahayu dan Indah Indriati. 


Akhirnya kami memilih Kebun Raya Bogor.. sebagai Destinasi sekaligus tempat eksplorasi dalam tugas Guiding tersebut.. untuk lebih lengkapnya silahkan cek Video di bawah ini..     






Sunday, 26 April 2015

Kelebihan Dan Kekurangan Tempat Pariwisata Yang Ada Di Indonesia



Pulau Komodo
adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli hewan komodo. Pulau ini juga merupakan kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pulau Komodo berada di sebelah timur Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape.
Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Hingga Agustus 2009, di pulau ini terdapat sekitar 1300 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti Pulau Rinca dan dan Gili Motang, jumlah mereka keseluruhan mencapai sekitar 2500 ekor. Ada pula sekitar 100 ekor komodo di Cagar Alam Wae Wuul di daratan Pulau Flores tapi tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo.
Selain komodo, pulau ini juga menyimpan eksotisme flora yang beragam kayu sepang yang oleh warga sekitar digunakan sebagi obat dan bahan pewarna pakaian, pohon nitak ini atau sterculia oblongata di yakini berguna sebagai obat dan bijinya gurih dan enak seperti kacang polong.
Pulau Komodo juga diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, karena dalam wilayah Taman Nasional Komodo, bersama dengan Pulau Rinca, Pulau Padar dan Gili Motang






Kelebihan Dari Pulau Komodo adalah :
                Terdapat spesies langka yang tidak terdapat di Negara lain didunia. Pulau Komodo merupakan salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia, yang telah ditetapkan oleh badan UNESCO. tidak hanya menawarkan keindahan Komodo dan pulaunya saja, namun para turis dijamin akan terpukau oleh keeksotisan dunia bawah laut maupun pantai sekitar Pulaun Komodo.  


Kekurangan Dari Pulau Komodo adalah :
                Kurangnya armada kapal Speed Boat yang akan mengangkut turis Mancanegara maupun turis Lokal sendiri. Hingga saat ini, para turis tersebut, harus menunggu giliran berjam-jam demi mencapai Pula Komodo. Dikarenakan jika para turis tersebut ingin mencapai pulau Komodo, mereka harus menyebrang terlebih dahulu dengan menggunakan kapal Speed Boat.

Saran saya adalah :
                Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinisi Nusa Tenggara Barat, agar bersinergi bersama memperhatikan fasilitas-fasilitas yang kurang maupun belum tersedia di Pulau Komodo tersebut. Karena walau bagaimanapun, kita patut berbangga, karen Pulau Komodo telah menjadi bagian dari Ketujuh Keajaiban Dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO.
               






PANTAI PULAU PISANG  

Lampung, punya potensi wisata yang cukup bagus sebenarnya. Sayangnya, belum begitu luas dikenal. Banyak obyek wisata eksotik yang bahkan penduduk Lampung sendiri belum tahu. Obyek-obyek wisata yang sudah familiar biasanya yang letaknya dekat pusat kota Bandar Lampung. Sementara obyek-obyek yang seringkali jauh lebih keren di daerah-daerah, masih banyak yang belum tereksplor. Salah satu diantaranya, Pulau Pisang. Sebuah pulau nan cantik di daerah Krui, Lampung Barat. Penyebab utama kurang dikenalnya obyek semacam Pulau Pisang ini mungkin karena letaknya yang bisa dibilang agak tersembunyi, sehingga aksesnya juga agak sulit. Namun untuk yang terbiasa berpetualang, rasanya usaha mengakses Pulau Pisang ini masih bisa dikatakan biasa.





Di pulau pisang, kita bisa merasakan suasana perkampungan yang masih tradisional dan melihat pemandangan pantai yang sangat cantik. Airnya biru jernih, dan pasirnya berwarna putih. Ombak di pantai sekitar Pulau Pisang juga cocok untuk surfing. Pemandangan bawah lautnya mempesona. Terumbu karang yang hidup di kawasan pantai cukup beragam. Kepuasan mengunjungi Pulau Pisang nggak kalah dengan kepuasan mengunjungi pantai-pantai di Indonesia Timur yang tersohor. Di Pulau Pisang ini terdapat 6 dusun, 3 di bawah dan 3 agak naik di kawasan bukit. Dua di antara tiga dusun yang berada di bawah, terletak persis di tepi pantai.





Untuk sampai di pulau pisang, kita harus menempuh perjalanan darat lalu disambung dengan naik perahu. Kalau dari Bandar Lampung, perjalanan daratnya memakan waktu sekitar 5 sampai 7 jam. Kita bisa mencarter mobil. Ada 2 pilihan cara mencapai Pulau Pisang. Yang pertama, dari Bandar Lampung kita menuju ke Pelabuhan Krui, kemudian dilanjutkan naik perahu motor selama sekitar 45 menit sampai ke pulau tersebut. Sementara yang kedua, naik mobil dari Bandar Lampung sampai ke kawasan Pantai Tembakak (tepatnya di kawasan Dermaga Tembakak), selanjutnya naik perahu motor atau perahu tradisional ke Pulau Pisang dengan waktu tempuh kurang dari 30 menit.
Rute melalui Dermaga Tembakak tampak lebih enak dipilih, mengingat waktu tempuh menuju pulau yang lebih singkat. Mobil yang dibawa bisa dititipkan di rumah-rumah penduduk di dusun terdekat dengan Dermaga Tembakak. Penduduk sekitar cukup ramah, dan sebagian diantaranya memang sudah terbiasa kalau dititipi mobil. Perahu penumpang reguler yang mengantarkan wisatawan ke pulau biasanya beroperasi pada pagi dan siang hari (atau menjelang sore). Menyewa perahu pada penduduk yang terbiasa mengantar turis juga bisa. Ombak yang tinggi menjadi kendala mencapai Pulau Pisang. Pada saat gelombang air dirasa terlalu tinggi, biasanya perjalanan berperahu ditunda sampai kondisi dianggap aman. Pemandangan yang dilalui selama naik perahu ke Pulau Pisang cukup memikat, membuat kelelahan teralihkan.





Di Pulau Pisang, kita bisa menginap di rumah penduduk di dusun tepi pantai kalau nggak mau tidur di tenda. Penduduk dusun terkenal ramah, beberapa diantaranya mau menerima wisatawan yang butuh tempat bermalam atau bahkan ada yang memang sudah khusus menawarkan homestay. Lebih mudah lagi kalau kita ikut trip khusus, jadi masalah akomodasi sudah persiapkan pihak penyelanggara trip.





Berada di daerah Pulau Pisang, bikin pikiran jernih. Suasananya tenang, pemandangan sekeliling indah. Selain kegiatan snorkeling, surfing, berjalan mengitari pantai, bakar ikan dan menikmati pemandangan bintang di malam hari, serta berbagai kegiatan pantai lainnya, ada banyak hal lain yang juga asyik dilakukan di sini. Diantaranya bersepeda atau jalan kaki berkeliling dusun, melihat kegiatan pengrajin tapis, mengunjungi mercusuar dan sekolah peninggalan Belanda, mengunjungi kapal karam, atau melihat rumah-rumah tua antik yang sudah kosong ditinggalkan penghuninya. Menyewa perahu pagi-pagi untuk berburu pemandangan Lumba Lumba di tengah lautan juga sangat menarik. Bagi yang suka snorkeling, pastikan air laut dalam keadaan pasang saat snorkeling supaya nggak sampai merusak terumbu karang.





Untuk kembali ke Pulau Tembakak setelah menghabiskan beberapa waktu di Pulau Pisang, kita naik perahu nelayan setempat yang biasanya bolak-balik setiap hari. Atau sekaligus memesan perahu sewaan. Sudah sampai di kawasan Krui – Lampung Barat ini, beruntung kalau bisa mencicipi makanan khasnya, yaitu Pandap. Pandap adalah sejenis pepes ikan, namun lebih istimewa dengan campuran kelapa parut yang dibumbui dan dibalut dengan beberapa lapis daun talas.
Kelebihan Dari Pantai Pulau Pisang adalah :
                Keaslian dan Keasrian Pantai ini maupun perkampungan sekitar pantai, karena belum banyak diketahui oleh para pelancong dari Mancanegara, maupun dari dalam negeri sendiri. Dan dapat dipastikan, bahwa daerah sekitar pantai sangat nyaman, bersih dan asri.

Kekurangan Dari Pantai Pulau Pisang adalah :
                Sarana transportasi yang kurang untuk menuju Pantai Pulau Pisang. Untuk mencapai Pantai Pulau Pisang, sebaiknya kita membawa kendaraan sendiri, karena tidak tersedia angkutan umum disekitar Pantai Pulau Pisang tersebut.  



Saran saya adalah :
                Sebaiknya pemerintah daerah Provinsi Lampung, agar lebih memperhatikan objek wisata seperti Pantai Pulau Pisang ini, agar lebih banyak dikenal oleh para Pelancong dalam negeri, maupun internasional.
               

Friday, 20 March 2015

PENGERTIAN KEPARIWISATAAN

                              KEPARIWISATAAN



 Adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha.

Definisi yang ditentukan dalam UU no.10/2009 tersebut merupakan salah satu definisi di antara sekian banyak definisi yang kita kenal selama ini. Definisi ini dimaksudkan sebagai acuan dalam upaya pengembangan kepariwisataan Indonesia. Tidak berlaku universal.

Untuk memperoleh pengertian yang sama mengenai istilah-istilah tersebut, sebaiknya kita tinjau juga dari sudut lainnya yang bersifat universal dan ditujukan untuk memberikan acuan bagi kebutuhan lainnya, antara lain kebutuhan statistik dan / atau pengaturan dan pengelolaan kepariwisataan secara internasional. Tinjauan tersebut dapat dilakukan dari dua segi pengertian, yaitu Pengertian istilah (etimologi) dan Pengertian ilmiah (definisi);

 Pengertian Istilah


Kata ‘pariwisata’ telah berhasil dipopulerkan, pada mulanya diperkenalkan oleh Menteri PDPTP (Perhubungan, Pos, Telekomunikasi & Pariwisata), pada waktu itu Let.Jen. Djatikusumo, dalam kesempatan Musyawarah Nasional Tourisme II di Tretes, Jawa Timur, pada tahun 1958.
Diperkenalkannya istilah ‘pariwisata’ dimaksudkan sebagai pengganti ‘tourisme’ (Belanda, Perancis) atau ‘tourism’ (Inggris).
Bila diuraikan menurut arti-katanya, maka ‘pariwisata’ yang berasalkan kata ‘pari’ dan ‘wisata’ dari bahasa Sansekerta, akan berarti sebagai berikut:
Pari        = seringkali, berulangkali/berkali-kali; dapat juga berarti ‘umum’ (bandingkan dengan: sidang ‘paripurna’ = sidang umum & lengkap, – umum masalahnya yang dibicarakan dan lengkap anggotanya yang hadir -, bermakna sama dengan “sidang pleno, plenary session/meeting”);

Wisata        = pergi (to go, kata kerja), bepergian (to travel, kata kerja); dapat juga berarti ‘perjalanan’ (travel, kata benda);
Pariwisata    = beberapa perjalanan yang dilakukan secara bersambung/ berantai dari satu tempat ke tempat berikutnya dan diakhiri di tempat keberangkatan (=tour, perjalanan keliling);
Sebagaimana lazim dalam bahasa Indonesia, pembubuhan awalan ‘ke-’ dan akhiran ‘-an’ memberikan arti yang lebih luas kepada asal katanya, seperti ‘seni’ menjadi ‘kesenian’, ‘budaya’ menjadi ‘kebudayaan’. Dalam bahasa Belanda dan Inggris, masing-masing membubuhkan akhiran ‘-isme’ dan      ‘-ism’, seperti ‘hinduism’, ‘budhism’.
Maka atas dasar faham tersebut, ‘tourisme’ atau ‘tourism’ sebetulnya lebih tepat digantikan dengan ‘kepariwisataan’;
Secara ringkas dapatlah tersusun beberapa istilah seperti berikut:

· Wisata                     = bepergian (to travel); perjalanan (travel);

· Wisatawan             = orang yang bepergian (traveler);

· Para Wisatawan   = wisatawan-wisatawan, orang-orang yang bepergian (travelers);

· Pariwisata              = perjalanan keliling (tour);

· Kepariwisataan    = hal-hal yang menyangkut, – terkait dengan -, pariwisata (tourism);

· Pariwisatawan       = orang yang melakukan perjalanan keliling (tourist);

· Para Pariwisatawan     =    pariwisatawan-pariwisatawan, orang-orang yang melakukan perjalanan keliling (tourists);

Pada prakteknya penggunaan istilah-istilah tersebut seringkali dikacaukan satu dengan lainnya, seperti seringkali kata ‘pariwisata’ digunakan sebagai sinonim dari ‘kepariwisataan’. Demikian pula kata ‘wisatawan’ acapkali digunakan sebagai sinonim dari ‘pariwisatawan’ atau tourist, bahkan tidak jarang digunakan pula sebagai sinonim dari ‘pengunjung’ atau visitor.







(2). Pengertian ilmiah


Yang dimaksud dengan pengertian ilmiah di sini adalah pengertian yang dinyatakan dalam bentuk definisi, yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan “Apa sebenarnya kepariwisataan itu?”
Dari sekian banyak definisi, dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam pengertian ‘kepariwisataan’ terkandung adanya tiga fikiran dasar mengenai:

· Adanya ‘gerak’, – perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya;

· Adanya ‘jeda’, – perhentian untuk sementara waktu (bukan untuk menetap), daripada orang-orang yang bergerak tersebut, di satu  atau beberapa tempat yang bukan tempat tinggalnya;

· Persinggahan dan/atau kunjungan tersebut tidak untuk mencari nafkah.

Dengan bertolak dari tiga fikiran dasar tersebut dapatlah disusun suatu definisi yang dapat mencakup pengertian yang lebih luas dan bersifat flexible, dapat digunakan untuk berbagai maksud, sebagai berikut.


Kepariwisataan adalah gejala-gejala yang menyangkut lalulintas manusia, berikut barang bawaannya, yang melakukan perjalanan untuk tujuan apa pun sepanjang tidak untuk maksud-maksud menetap serta memangku suatu jabatan dengan memperoleh upah dari tempat yang dikunjunginya.








Contoh - Contoh nya adalah sbb:



  1.           Obyek Wisata, bersifat statis, terikat pada tempat, dapat dijamah (tangible).
Contoh, Obyek Wisata Alam: Pantai, Gunung/bukit, Hutan, Pulau, Danau, Air terjun, Gua, Lembah, Pemandangan Alam, Cagar alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, dll;
Contoh, Obyek Wisata Karya Manusia: Situs Sejarah, Candi, Monumen, Tugu, Bangunan berasitektur khas/daerah, Bangunan dan lokasi bersejarah seperti museum, pelabuhan, mesjid, gereja, kraton, makam tokoh agama/nasional/sejarah, bangunan lain yang bernilai khusus antara lain jembatan (mis. Ampera, Suramadu, Kutai-Kartanegara – sayang mengalami musibah), bendungan, perkebunan, kebun binatang, taman kota, taman rekreasi, dsb;

2.        Atraksi Wisata, bersifat dinamis, mencerminkan adanya gerak, tidak terikat tempat (dapat berpindah) dan tidak dapat dijamah (intangible).
Contoh, atraksi asli (ada atau tidak ada tourist akan berlangsung seperti apa adanya): seperti adat istiadat, pakaian traditional, arsitektur khas/daerah, kebiasaan dan pola hidup, gaya hidup, bahasa, suasana keakraban dan keramahan masyarakat, seni budaya yang melekat pada kehidupan masyarakat, seni batik, seni ukir, seni pahat, seni lukis, seni tari & gamelan, seni musik, upacara ritual keagamaan, upacara perkawinan, upacara menyambut kelahiran anak, upacara kraton, acara 17-an (Agustus), dsb.
Contoh, atraksi pentas: Pementasan seni budaya (tari, gamelan, musik, wayang, dll), pameran 




3.  Unsur - Unsur Penunjang

a. Akomodasi

Adalah tempat bagi seseorang untuk tinggal sementara, dapat berupa hotel, losmen, guest house, pondok, cottage inn, perkemahan, caravan, bag packer dan sebagainya.

Saat ini telah berkembang lebih jauh kearah tuntutan pemenuhan kebutuhan manusia lainnya seperti makan, minum rekreasi, olah raga, konvensi, pertemuan-pertemuan profesi dan asosiasi perjamuan-perjamuan pernikahan dan lainnya. Oleh karena itu dengan kemajuan teknologi dan perkembangan jaman juga dapat mempengaruhi jenis, macam dan banyaknya fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dan harus disediakan oleh pengusaha pada bidang akomodasi.



b. Jasa Boga dan Restoran
Adalah industri yang bergerak dalam bidang penyediaan makanan dan minuman, yang dikelola secara komersial. Jenis usaha ini dapat dibedakan dalam manajemennya, yaitu cara pengelolaannya, apakah dikelola secara mandiri maupun terkait dengan usaha lain. Industri yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman ini merupakan industri yang paling menjanjikan karena seperti dikatakan banyak orang dalam berwisata, orang boleh menahan diri untuk tidak membeli pakaian atau jenis sandang lainnya tetapi tidak ada wisatawan yang dapat menahan untuk mencicipi makanan dan miunuman. Di samping itu pula industri makanan dan minuman ini juga banyak dikonsumsi atau dibeli untuk kenangan sebagai oleh- oleh dan buah tangan menandakan telah melakukan wisata.



c. Transportasi dan Jasa Angkutan
Adalah bidang usaha jasa yang bergerak dalam bidang angkutan. Transportasi dapat dilakukan melalui darat, laut dan udara. Pengelolaan dapat dilakukan oleh Swasta maupun BUMN. Jasa angkutan dan transportasi ini juga sangat mempengaruhi industri pariwisata, terjadinya kemudahan jasa transportasi terutama udara, yang memberikan harga yang cukup terjangkau bagi seluruh kalangan membuat meningkatnya kegiatan berwisata dari satu tempat ke tempat atau daerah lainnya.




Wednesday, 28 January 2015

Anti Cheating Campaign (Group Assignment)




          Hi guys,. how are you today,? well, i hope everything is fine. so, today i wanna show to all of you about my another assignment, yes, this one is the last Assignment from Mr.Romel Noverino, as my Lecture of Soft Skill subject. in this assignment, we as a Group have to show to all of you, about the Bad Student Habit, also this video show us, that we have to Avoid about this one. so, make sure you no longer Cheating after watch this Video,... Okay?!!   


           Be your self, do not Cheating, and if you want to get good score in each Subjects, u have to study hard, not cheating,.. 

Alright, enjoy the Video below  : 









40 Advertisement Technique



 Hello Mate,..


           I got assignment from Mr. Romel Noverino as a lecture of Soft Skill subject. In my assignment for this time I have to give 2 examples there are visual and audio visual from each advertisement techniques. I hope u can understand each part of these Advertisement Techniques… 

Check them out below  :











 1. Association.
       
             This persuasion technique tries to link a product, service, or idea with something already liked or desired by the target audience, such as fun, pleasure, beauty, security, intimacy, success, wealth, etc. The media message doesn’t make explicit claims that you’ll get these things; the association is implied. Association can be a very powerful technique.  A good ad can create a strong emotional response and then associate that feeling with a brand (family = Coke, victory = Nike).  This process is known as emotional transfer.  Several of the persuasion techniques below, like Beautiful people, Warm & fuzzy, Symbols and Nostalgia, are specific types of association 










2. Bandwagon. 

       Many ads show lots of people using the product, implying that "everyone is doing it" (or at least, "all the cool people are doing it"). No one likes to be left out or left behind, and these ads urge us to "jump on the bandwagon.” Politicians use the same technique when they say, "The American people want..." How do they know?  

                                                   



3. Beautiful people. 

        Beautiful people uses good-looking models (who may also be celebrities) to attract our attention. This technique is extremely common in ads, which may also imply (but never promise!) that we’ll look like the models if we use the product.

     



4. Bribery. 

         This technique tries to persuade us to buy a product by promising to give us something else, like a discount, a rebate, a coupon, or a "free gift.” Sales, special offers, contests, and sweepstakes are all forms of bribery. Unfortunately, we don’t really get something for free -- part of the sales price covers the cost of the bribe. 

   








5. Celebrities. 
        
         (A type of Testimonial – the opposite of Plain folks.) We tend to pay attention to famous people. That’s why they’re famous! Ads often use celebrities to grab our attention. By appearing in an ad, celebrities implicitly endorse a product; sometimes the endorsement is explicit. Many people know that companies pay celebrities a lot of money to appear in their ads (Nike’s huge contracts with leading athletes, for example, are well known) but this type of testimonial still seems to be effective.                                             




6. Experts.  
    
        (A type of Testimonial.) We rely on experts to advise us about things that we don’t know ourselves. Scientists, doctors, professors and other professionals often appear in ads and advocacy messages, lending their credibility to the product, service, or idea being sold.  Sometimes, “plain folks” can also be experts, as when a mother endorses a brand of baby powder or a construction worker endorses a treatment for sore muscles. 


 







7. Explicit claims. 

      Something is "explicit" if it is directly, fully, and/or clearly expressed or demonstrated.  For example, some ads state the price of a product, the main ingredients, where it was made, or the number of items in the package – these are explicit claims.  So are specific, measurable promises about quality, effectiveness, or reliability, like “Works in only five minutes!” Explicit claims can be proven true or false through close examination or testing, and if they’re false, the advertiser can get in trouble. It can be surprising to learn how few ads make explicit claims. Most of them try to persuade us in ways that cannot be proved or disproved.  

   



8. Fear. 

        This is the opposite of the Association technique. It uses something disliked or feared by the intended audience (like bad breath, failure, high taxes or terrorism) to promote a "solution.” Ads use fear to sell us products that claim to prevent or fix the problem. Politicians and advocacy groups stoke our fears to get elected or to gain support. 

  





9. Humor. 

          Many ads use humor because it grabs our attention and it’s a powerful persuasion technique. When we laugh, we feel good. Advertisers make us laugh and then show us their product or logo because they’re trying to connect that good feeling to their product. They hope that when we see their product in a store, we’ll subtly re-experience that good feeling and select their product. Advocacy messages (and news) rarely use humor because it can undermine their credibility; an exception is political satire. 

    








10. Intensity. 

          The language of ads is full of intensifiers, including superlatives (greatest, best, most, fastest, lowest prices), comparatives (more, better than, improved, increased, fewer calories), hyperbole (amazing, incredible, forever), exaggeration, and many other ways to hype the product.

   



11. Maybe.

          Unproven, exaggerated or outrageous claims are commonly preceded by "weasel words" such as may, might, can, could, some, many, often, virtually, as many as, or up to. Watch for these words if an offer seems too good to be true. Commonly, the Intensity and Maybe techniques are used together, making the whole thing meaningless.  









12. Plain folks. 

             (A type of Testimonial – the opposite of Celebrities.) This technique works because we may believe a "regular person" more than an intellectual or a highly-paid celebrity.  It’s often used to sell everyday products like laundry detergent because we can more easily see ourselves using the product, too. The Plain folks technique strengthens the down-home, "authentic" image of products like pickup trucks and politicians. Unfortunately, most of the "plain folks" in ads are actually paid actors carefully selected because they look like "regular people.” 







13. Repetition. 

              Advertisers use repetition in two ways: Within an ad or advocacy message, words, sounds or images may be repeated to reinforce the main point. And the message itself (a TV commercial, a billboard, a website banner ad) may be displayed many times. Even unpleasant ads and political slogans work if they are repeated enough to pound their message into our minds.







14. Testimonials. 

      Media messages often show people testifying about the value or quality of a product, or endorsing an idea. They can be experts, celebrities, or plain folks. We tend to believe them because they appear to be a neutral third party (a pop star, for example, not the lipstick maker, or a community member instead of the politician running for office.)  This technique works best when it seems like the person “testifying” is doing so because they genuinely like the product or agree with the idea.  Some testimonials may be less effective when we recognize that the person is getting paid to endorse the product.  
  
 







15. Warm & fuzzy. 

           This technique uses sentimental images (especially of families, kids and animals) to stimulate feelings of pleasure, comfort, and delight. It may also include the use of soothing music, pleasant voices, and evocative words like "cozy" or "cuddly.” The Warm & fuzzy,,technique is another form of Association.  It works well with some audiences, but not with others, who may find it too corny.
    

  




16. The Big Lie. 

According to Adolf Hitler, one of the 20th century’s most dangerous propagandists, people are more suspicious of a small lie than a big one. The Big Lie is more than exaggeration or hype; it’s telling a complete falsehood with such confidence and charisma that people believe it. Recognizing The Big Lie requires "thinking outside the box" of conventional wisdom and asking the questions other people don’t ask.


  




17. Charisma. 

Sometimes, persuaders can be effective simply by appearing firm, bold, strong, and confident. This is particularly true in political and advocacy messages. People often follow charismatic leaders even when they disagree with their positions on issues that affect them.




18. Euphemism. 

While the Glittering generalities and Name-calling techniques arouse audiences with vivid, emotionally suggestive words, Euphemism tries to pacify audiences in order to make an unpleasant reality more palatable. Bland or abstract terms are used instead of clearer, more graphic words. Thus, we hear about corporate "downsizing" instead of "layoffs," or "enhanced interrogation techniques" instead of "torture.”





19. Extrapolation. 

Persuaders sometimes draw huge conclusions on the basis of a few small facts. Extrapolation works by ignoring complexity. It’s most persuasive when it predicts something we hope can or will be true.





20. Flattery. 

Persuaders love to flatter us. Politicians and advertisers sometimes speak directly to us: "You know a good deal when you see one." "You expect quality." "You work hard for a living." "You deserve it." Sometimes ads flatter us by showing people doing stupid things, so that we’ll feel smarter or superior. Flattery works because we like to be praised and we tend to believe people we like. (We’re sure that someone as brilliant as you will easily understand this technique!)






21. Glittering generalities. 

This is the use of so-called "virtue words" such as civilization, democracy, freedom, patriotism, motherhood, fatherhood, science, health, beauty, and love. Persuaders use these words in the hope that we will approve and accept their statements without examining the evidence. They hope that few people will ask whether it’s appropriate to invoke these concepts, while even fewer will ask what these concepts really mean. 







22. Name-calling. 

This technique links a person or idea to a negative symbol (liar, creep, gossip, etc.). It’s the opposite of Glittering generalities. Persuaders use Name-calling to make us reject the person or the idea on the basis of the negative symbol, instead of looking at the available evidence. A subtler version of this technique is to use adjectives with negative connotations (extreme, passive, lazy, pushy, etc.) Ask yourself: Leaving out the name-calling, what are the merits of the idea itself? 




23. New. 

    We love new things and new ideas, because we tend to believe they’re better than old things and old ideas. That’s because the dominant culture in the United States (and many other countries) places great faith in technology and progress. But sometimes, new products and new ideas lead to new and more difficult problems. 






24. Nostalgia. 

        This is the opposite of the New technique. Many advertisers invoke a time when life was simpler and quality was supposedly better ("like Mom used to make"). Politicians promise to bring back the "good old days" and restore "tradition." But whose traditions are being restored? Who did they benefit, and who did they harm? This technique works because people tend to forget the bad parts of the past, and remember the good. 





25. Rhetorical questions. 

               These are questions designed to get us to agree with the speaker.  They are set up so that the “correct” answer is obvious. ("Do you want to get out of debt?" "Do you want quick relief from headache pain?" and "Should we leave our nation vulnerable to terrorist attacks?" are all rhetorical questions.) Rhetorical questions are used to build trust and alignment before the sales pitch.  







26. Scientific evidence. 

      This is a particular application of the Expert technique. It uses the paraphernalia of science (charts, graphs, statistics, lab coats, etc.) to "prove" something. It often works because many people trust science and scientists.  It’s important to look closely at the "evidence," however, because it can be misleading.  








27. Simple solution. 

            Life is complicated. People are complex. Problems often have many causes, and they’re not easy to solve. These realities create anxiety for many of us. Persuaders offer relief by ignoring complexity and proposing a Simple solution. Politicians claim one policy change (lower taxes, a new law, a government program) will solve big social problems. Advertisers take this strategy even further, suggesting that a deodorant, a car, or a brand of beer will make you beautiful, popular and successful.   






28. Slippery slope. 
         This technique combines Extrapolation and Fear. Instead of predicting a positive future, it warns against a negative outcome. It argues against an idea by claiming it’s just the first step down a “slippery slope” toward something the target audience opposes. ("If we let them ban smoking in restaurants because it’s unhealthy, eventually they’ll ban fast food, too."  This argument ignores the merits of banning smoking in restaurants.)  The Slippery slope technique is commonly used in political debate, because it’s easy to claim that a small step will lead to a result most people won’t like, even though small steps can lead in many directions.  






29. Symbols. 

          Symbols are words or images that bring to mind some larger concept, usually one with strong emotional content, such as home, family, nation, religion, gender, or lifestyle. Persuaders use the power and intensity of symbols to make their case. But symbols can have different meanings for different people.  Hummer SUVs are status symbols for some people, while to others they are symbols of environmental irresponsibility.   







30. Ad hominem. 
           Latin for "against the man," the ad hominem technique responds to an argument by attacking the opponent instead of addressing the argument itself. It’s also called "attacking the messenger.” It works on the belief that if there’s something wrong or objectionable about the messenger, the message must also be wrong.  






31. Analogy. 

          An analogy compares one situation with another. A good analogy, where the situations are reasonably similar, can aid decision-making. A weak analogy may not be persuasive, unless it uses emotionally-charged images that obscure the illogical or unfair comparison.





32. Card stacking. 

         No one can tell the whole story; we all tell part of the story. Card stacking, however, deliberately provides a false context to give a misleading impression. It "stacks the deck," selecting only favorable evidence to lead the audience to the desired conclusion.  





    


33. Cause vs. Correlation. 

             While understanding true causes and true effects is important, persuaders can fool us by intentionally confusing correlation with cause. For example: Babies drink milk. Babies cry. Therefore, drinking milk makes babies cry.    




34. Denial. 
       This technique is used to escape responsibility for something that is unpopular or controversial. It can be either direct or indirect. A politician who says, "I won’t bring up my opponent’s marital problems," has just brought up the issue without sounding mean.  







35. Diversion. 

          This technique diverts our attention from a problem or issue by raising a separate issue, usually one where the persuader has a better chance of convincing us. Diversion is often used to hide the part of the story not being told. It is also known as a “red herring.”   





36. Group dynamics. 

         We are greatly influenced by what other people think and do. We can get carried away by the potent atmosphere of live audiences, rallies, or other gatherings. Group dynamics is a more intense version of the Majority belief and Bandwagon techniques.







37. Majority belief. 

          This technique is similar to the Bandwagon technique. It works on the assumption that if most people believe something, it must be true. That’s why polls and survey results are so often used to back up an argument, even though pollsters will admit that responses vary widely depending on how one asks the question. 




38. Scapegoating. 

            Extremely powerful and very common in political speech, Scapegoating blames a problem on one person, group, race, religion, etc. Some people, for example, claim that undocumented (“illegal”) immigrants are the main cause of unemployment in the United States, even though unemployment is a complex problem with many causes.  Scapegoating is a particularly dangerous form of the Simple solution technique. 
















39. Straw man. 

         This technique builds up an illogical or deliberately damaged idea and presents it as something that one’s opponent supports or represents. Knocking down the "straw man" is easier than confronting the opponent directly.  







40. Timing. 

          Sometimes a media message is persuasive not because of what it says, but because of when it’s delivered. This can be as simple as placing ads for flowers and candy just before Valentine’s Day, or delivering a political speech right after a major news event. Sophisticated ad campaigns commonly roll out carefully-timed phases to grab our attention, stimulate desire, and generate a response.